Friday, November 28, 2008

Yaitunya bu Hilma

Ady Rosdarmawan'81

Kalau mantan presiden Suharto sering mengucapkan “daripada”, kepala sekolah kita ibu Hilma kerap mengucapkan kata “yaitu”, ucapan yang bukan hanya berkesan tetapi bisa dijadikan bahan taruhan.
Senin adalah hari pasaran taruhan karena bu Hilma sering menjadi inspektur upacara, sang bandar mulai mencatat jumlah kata yaitu yang dipasang petaruh, sementara petaruh berharap-harap cemas. Taruhan dimulai terkadang sejak malam minggu saat naik gunung barengan Apadela gabungan anak kelas 1 dan 2 IPA 8 yang hampir tiap minggu naik gunung.
Kekecewaan terbit jika bukan bu Hilma yang menjadi inspektur upacara, nah kalau si ibu ini naik panggung mulailah kami menghitung.
Jemari teman-teman menunjukkan jumlah kata yaitu yang diucapkan bu Hilma sampai turun panggung, kalau ada yang tepat ramailah kami semua, kalau tidak ada .......... ya ribut juga, namanya juga anak SMA.
Yang lucunya setelah turun panggung terkadang bu Hilma naik kembali karena ada pesan yang terlewatkan padahal sang pemenang sudah ditetapkan “Anak-anak ada sedikit yang ingin ibu sampaikan .............. yaitu ...............”
Batal deh menang taruhan!.

Wednesday, November 26, 2008

Ingat bu Hilma bukan hanya yaitunya

Fauzi Idroes’81

Wah ... tidak hanya yaitu yang selalu diingat oleh kita semua untuk mengenangan bu Hilma yang pernah menjadi kepala sekolah kita dahulu, langkah dan tatapan matanya saja bisa bikin kita ngerem. Lihat saja ketika kita berlari penuh canda atau main dorong-dorongan nih lalu terlihat bu Hilma, langsung deh jadi anak manis ... manis banget, tidak terkecuali guru.

Terkadang bu Hilma memasuki ruangan kelas untuk mengetahui proses belajar mengajar yang dilakukan murid dan gurunya, kali ini bu Hilma memasuki kelas gwe (sayangnya lupa nih kelas 1 ipa 2 atau 2 ipa2) yang kebetulan sedang diajar oleh mak Uwok yang terkenal gualak banget, tiba-tiba guru yang galak itupun berubah menjadi manis sekali … ueanak banget cara mengajarnya dan kamipun tentu ……….. duduk manis ……. hahahhhaha.

Richard aja yang terkenal jadi biangnya ribut bersama Susilo alias Encus sudah kayak anak TK x y. mungkin Eneng juga masih ingat, soalnya dia sama gwe sekelas terus dari awal sampe tamat hehehhe.

Akhir cerita seperti biasa, ketika beliau-beliau ini sudah selesai dan keluar kelas ... ribut gaduh dengan tawa kita .... mungkin kalau bahasa anak sekarang nih ..... emang enak mak Uwok diawasin sama bu Hilma.

Tuesday, November 25, 2008

Termehek-mehek

Diah Krisdianti’81

Bagi yang pernah diajar Matematika oleh ibu Siti Hanifah siapa sih yang tidak mengenal galaknya guru yang biasa dipanggil mak Uwok.

Suatu saat mak Uwok, eh bu Hanifah mendapat tugas dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk melakukan perjalanan dinas ke Kuala Lumpur. Selayaknya orang timur bu Hanifah berpamitan dengan para koleganya, tentunya tidak ketinggalan berpamitan dengan ibu kepala sekolah yang tegas dan berwibawa, ibu Hilma.
Tembok kegarangan bak tembok Berlin yang biasa dipergunakan bu Hanifah, tiba-tiba runtuh ketika bersalaman dan berpelukan dengan bu Hilma, mereka berdua menangis bersama ........... termehek-mehek.

Kita semua yang menyaksikan jadi bengong .........
Ternyata guru yang terkenal galak bisa termehek-mehek juga.