Sunday, December 14, 2008

Umar Bakri

Sewaktu di 2 IPA 8 kami mempunyai wali kelas yang mirip banget dengan lirik lagu Umar Bakri milik Iwan Fals, beliau punya nama bapak Sachroni yang pergi dan pulang sekolah menggowes sepeda kumbang alias sepeda ontel kalau jaman sekarang kita sering menyebutnya. Walau memiliki mobil, sepeda tetap menjadi kendaraan favoritnya.

Bila guru lain berganti scuter bapak yang baik dan sederhana ini berganti sepeda, namun modelnya tetap sepeda kumbang, tapi bukanlah sepeda kacangan, sepeda baru pak Sachroni buatan Jerman, negeri yang pernah menjadi tempat menetap beliau bahkan saat menjadi wali kelas kami beliau cuti mengajar selama 3 bulan karena menunaikan tugas di Jerman, jadi paham kan kalau beliau fasih banget berbahasa Jerman.


Pak Sachroni tuh orangnya sederhana banget, alas kakinya aja sepatu sandal, tas kerjanya butut banget, ini bukan fiksi apalagi fitnah. Saking ibanya melihat itu tas butut diakhir masa jabatannya sebagai wali kelas Apadela kami menghadiahkan tas untuk beliau walaupun menyalihi pakem yang diberikan senior bahwa jangan memberikan hadiah tas kepada pak Umar Bakri, eh pak Sachroni, percuma nggak bakal dipakai kata mereka.

Suatu saat kami melihat pak Sachroni berganti penampilan, beliau menggunakan tas kerja hadiah dari kami, seneng banget rasanya, namun 2-3 hari kemudian beliau tampil kembali dengan tas bututnya.

Selain bahasa Jerman beliau mengajarkan kaum lelaki Teknik Mesin dengan lahan praktek truk bekas yang nongrong di parkiran sekolah. Sebetulnya sih bukan truk bekas tetapi lebih tepatnya bekas truk karena sudah tidak bisa jalan lagi. Eh, tapi kita juga punya mesin kijang baru sumbangan Astra untuk praktek.

Di tahun 1980 ada pameran indutri Jerman terbesar di Indonesia, Indogerma, berlokasi di Pekan Raya Jakarta – Monas. Sebagai pendidik merangkap wali kelas, guru Teknik Mesin dan Bahasa Jerman sudah pasti jiwa pak Sachroni terpanggil, beliau mengajak kami, Apadelaers, ke Indogerma.

Kebimbangan muncul, perginya naik apa?. Dengan nada khawatir kami menanyakan kepada beliau.
“Pak, kita kesananya naik apa?”.
“Kita kesana naik bis kota”, jawaban beliau sederhana, sesederhana penampilannya.

Mendengar jawaban tersebut sontak kami menarik nafas lega. Coba bayangkan kalau pak Sachroni meminta kami berboncengan menggowes sepeda sudah pasti gempor deh kaki kami semua.


ati aryasaputra

 


Terharu saya bacanya bagaimana dalamnya kenangan terhadap Bpk. Syahroni alm.
Kebetulan putrinya, adalah teman satu angkatan ('71). Bpk Syahroni sudah tiada di tahun 2002 karena sakit Hepatoma. Mengenang beliau putrinya cerita bahwa ayahnya termasuk pendiam sehingga sangat disegani di keluarganya, dan hobinya adalah membaca.

Kita doakan semoga almarhum mendapat tempat yang yang layak disisi Allah SWT.Amin. Saya yakin beliau akan bangga mempunyai anak didik yang berhasil.


budi susetyo

 



Thx udah mengingatkan ttg p Sachroni, ini gambaran guru ideal. Jd inget ttg guten morgan & ich liebe dich hehe....(dimana beliau skrg ya?)


kirul06@yahoo.co.id

 


..Top bang. Tak ada kata bekas untuk seorang guru


Chelly Kampai


Agak2 ngga rela cerita tentang pak Sachroni, my favorite class teacher, dikasih judul Umar Bakri. Bersepeda kumbang dan sederhana emang iya.. Tapi gw yakin pak Sachroni ngga akan kalangkabut lalu cabut cepat pulang kalo melihat murid2nya berkelahi...

2 comments:

awido1008 said...

Bang Omen...thx ya... Wah ingatan abang masih kuat sekali ya...
Tapi memang yang paling berkesan buat saya adalah pak Sachroni (masih hidupkah beliau ??).. Karena atas jasa-jasanya dalam membimbing saya sehingga saya dapat terpilih untuk mewakili Smandel sekaligus sebagai salah satu wakil DKI dan Indonesia pada pertukaran pelajar ke Jerman selama 1 bulan pada Juni 1981.

the O said...

Arie, tks komentarnya, aku belum mendengar kabar beliau. Cerita ke Jerman Barat dibagi dong.